2 resultados para Vine grower

em ANIMAL PRODUCTION JOURNAL


Relevância:

10.00% 10.00%

Publicador:

Resumo:

A study has been conducted to know the effect of fishmeal substitution with Squilla empusa on reproductive performance of local duck.  Randomized Completely Design was applied in this experimental. Ninety-six grower local ducks were divided into six treatments ration. Each treatment was replicated by four replications and consists of four local ducks each. The treatment was P0 = 0 % Squilla empusa and 10 % fish meal, P1 = 2 % Squilla empusa and 8 % fish meal, P2 = 4 % Squilla empusa and 6 % fish meal, P3 = 6 % Squilla empusa and 4 % fish meal, P4 = 8 % Squilla empusa and 2 % fish meal, and P5 = 10 % Squilla empusa and 0 % fishmeal.  Parameters observed was reproductive performance consisted of sexual maturity, average egg production and egg weight during 3 months of production period. The result showed that fishmeal and Squilla empusa had very significant by effect (P<0,01) on feed consumption, sexual maturity, egg production and egg weight. It was significant by (P< 0,05) on egg production and weight. It was concluded that substitution up to 4.96 % of Squilla empusa give the latest of sexual maturity (5.8 month); the lowers egg production was at 6 % Squilla empusa; at 10 % Squilla empusa egg weight tended to increase. (Animal Production 6(2): 110-117 (2004) Key Words: substitution,  Squilla empusa, reproductive performance

Relevância:

10.00% 10.00%

Publicador:

Resumo:

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh suplementasi ransum dasar (BD, ransum kontrol yang disusun menurut NRC, 1988) dengan asam amino esensial lysine, methionin, threonine (SD1 dan SD2, ransum perlakuan) terhadap konsumsi ransum dan kinerja pada ternak babi. Bahan utama ketiga ransum terdiri dari tepung barley, gandum, dan kedele. Masing-masing ransum mengandung kadar protein kasar (18% untuk grower dan 16,5% untuk finisher) dan enerji (14,2 MJ/kg). Ransum diberikan dengan cara dipecah (splitted) menurut periode pertumbuhan (grower dan finisher) dan jenis kelamin (jantan dan betina ). Ransum kg BB dan SDI dipecah menjadi 2 fase pemberian (grower: 20 - 60 kg berat badan (BB), dan finisher: 60 - 105 kg BB), ransum SD2 dipecah menjadi 4 fase pemberian (grower I: 20 - 40 kg, grower II:  40 - 60 kg, finisher I : 60 - 80 kg, dan finisher II: 80 - 105 kg BB).Babi dengan berat awal 20 kg sebanyak 72 ekor (36 jantan dan 36 betina) dikandangkan dengan kondisi lingkungan yang serupa (200C) selama penelitian. Suplementasi ransum dasar dengan asam amino esensial tidak mempengaruhi konsumsi ransum harian (2,49, 2,43, dan 2,36 kg masing-masing untuk BD, SD1 dan SD2, P>0,05). Babi pada masa pertumbuhan finisher mengonsumsi ransum harian terbanyak (2,77 - 2,83 kg) dibanding masa pertumbuhan lainnya (P<0,01). Babi jantan cenderung mengonsumsi  ransum harian  lebih banyak (P<0,11) dibanding babi betina (2,49 kg vs. 2,36 kg). Babi yang diberi ransum yang diperkaya dengan asam amino tumbuh lebih cepat (0,93 dan 0,96 kg/hari untuk SD1 dan SD2) dibanding babi yang diberi ransum kontrol (0,82 kg/hari), P<0,01. Pertumbuhan tercepat terjadi pada masa awal finisher (60 - 80 kg BB), yaitu 1,07 kg/hari, sedangkan kecepatan pertumbuhan pada masa pertumbuhan yang lain sebanding(0,85; 0,86; dan 0,83 kg/hari). Babi yang diberi ransum yang diperkaya dengan asam amino esensial dapat menggunakan ransum dengan lebih efisien (2,68 dan 2,58 kg ransum/kg PBB untuk SD1 dan SD2) dibanding babi yang diberi ransum kontrol (3,03 kg ransum/kg PBB), P<0.01. Diantara masa pertumbuhan, awal masa pertumbuhan grower (20-40kg BB) mempunyai efisiensi penggunaan ransum tertinggi(2,16 kg ransum/kg PBB) dan akhir masa pertumbuhan finisher (80-105 kg BB) mempunyai nilai efisiensi terendah(3,55 kg ransum/kg PBB),P<0.01. Babi jantan cenderung lebih efisien dalam menggunakan ransum dibanding babi betina (2,66 vs 2,87 kg ransum/kg PBB), P<0,09. (Animal Production 4(1): 1-10 (2002) Kata kunci: Ransum, suplementasi,asam amino, babi, konsumsi, kinerja