2 resultados para forage maize

em ANIMAL PRODUCTION JOURNAL


Relevância:

20.00% 20.00%

Publicador:

Resumo:

Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki faedah pemecahan batang alfalfa pada saat dipanen di daerah prairi terhadap lama pengeringan, sifat-sifat nutrisi pada saat disimpan dan nilai nutrisi pakan. Alfalfa pada awal pertumbuhan bunga dipanen  menggunakan salah satu dari dua mesin. : mesin convensional, (CONV) atau dengan mesin pemecah batang yang mempunyai empat tingkat pemecahan (LIGHT : ringan,LIGHT + : agak berat, SEVERE : berat dan SEVERE+ : sangat berat). Selama pengeringan, perlakuan  LIGHT + s.d. SEVERE+ mencapai kadar Bahan Kering (BK) 45 % dan 80% dalam waktu masing-masing hanya sekitar 2 jam dan 9-11 jam, dibanding CONV, yang mencapai kadar BK tersebut berturut-turut dlm waktu 6 dan 54 jam. Padet sapi pedaging mengonsumsi BK silase 13 % lebih banyak dan memperoleh pertambahan  bobot badan harian 22.7% lebih berat (P<0.05) jika batang alfalfa dipecah pada saat dipanen(SEVERE), dibanding tidak (CONV) , pada awal pertumbuhan selama 21 hari. Sapi perah Holstein betina awal laktasi yang diberi ransum yang mengandung silase dan hay dari alfalfa yang batangnya dipecah pada saat dipanen memproduksi susu dengan kandungan gizi yang sama disbanding batang. Namun demikian, kelompok sapi yang diberi ransum yang mengandung alfalfa yang terpecah batangnya memberikan bobot hidup yang lebih berat dan nilai kondisi tubuh yang lebih baik (P<0.05) pada saat akhir penelitian laktasi selama 14 minggu. (Animal Production 3(2): 83-90 (2001) Key Words : Alfalfa, maceration, wilting time, silage, hay, dairy, beef.

Relevância:

20.00% 20.00%

Publicador:

Resumo:

Abstract. This study aimed to describe the sustainability of forage system in the small holder dairy cattle  in the plateau in East Java, in particular related to the nutrient content. The method used was survey (interviews, questionnaires, field observations and sampling) at the cooperation unit, farmers, livestock and farming location in one of the areas of dairy cattle cooperation in the plateau (Cooperation of SAE Pujon-Malang). The data obtained were analyzed through descriptive and regression statistics. The results showed that forage system dominantly given during dry and rainy seasons are elephant grass and corn stalks. Linear regression equation for the nutrient content of elephant grass is TDN= 40.516 + 1.404 CP, while corn trees is TDN= 56.212 + 0.740 CP. The conclusion showed that the dependent variable is largely influenced by external factors (environment). Improved continuity of availability of forage can be done by increasing the feeding system in the region (plateau) as well as the support from outside the region. Key words: plateau, dairy cattle, forage  Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan keberlanjutan sistem pakan hijauan pada  peternakan sapi perah rakyat di wilayah dataran tinggi di Jawa Timur, khususnya tentang kandungan nutrisi. Metode yang digunakan adalah survei (wawancara, pengisian angket/kuesioner, observasi,  dan pengambilan sampel) di koperasi, petani ternak dan lokasi peternakan di salah satu wilayah koperasi persusuan di dataran tinggi (Koperasi SAE Pujon-Malang). Data yang didapat dianalisis dengan regresi dan statistik diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan hijaun yang dominan di  musim kemarau dan hujan adalah rumput gajah dan tebon jagung. Persamaan regresi linier untuk kandungan nutrisi rumput gajah adalah TDN= 40,516  + 1,404 PK,  sedangkan tebon jagung adalah TDN= 56,212 + 0,740 PK. Kesimpulannya adalah variabel dependen sebagian besar dipengaruhi oleh faktor luar (lingkungan). Peningkatan kontinuitas ketersediaan pakan hijauan dapat dilakukan dengan peningkatan sistem pakan  di wilayah (dataran tinggi)  dan dukungan sistem pakan dari luar wilayah. Kata kunci: dataran tinggi, sapi perah, pakan hijauan