2 resultados para digestible amino acid

em ANIMAL PRODUCTION JOURNAL


Relevância:

100.00% 100.00%

Publicador:

Resumo:

A study was conducted to know the reduced sugar and branched chain amino acids concentration in substrate that fermented by Aspergillus oryzae. Branched chain amino acids represent amino acids that are very important for microorganism development, including yeast and ruminal microorganism as well as for the growth of the ruminant animal. The study was conducted using Completely Randomized Design (CRD). There were five kinds of supplements that were added into the media. So, that this experiment were A: control, B: A + 0.5% urea, C: B + 1% extract of cassava leaves, D: C + 1% isobutyrate, and E: D + 1.3% 2-methilbutyrate. There were five replicates in each treatment. The measured variables in these study were, colonies cell biomass of A. oryzae, reduced sugar, Crude Protein, and branched chain amino acid concentration. The results showed that the highest number of colonies, concentration of reduce sugar, and concentration of branched chain amino acids was obtain from the substrate of treatments D. (Animal Production 4(2): 83-88 (2002) Key words : Branched Chain Amino Acids, Branched Chain Volatile Fatty Acids, Aspergillus oryzae

Relevância:

100.00% 100.00%

Publicador:

Resumo:

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh suplementasi ransum dasar (BD, ransum kontrol yang disusun menurut NRC, 1988) dengan asam amino esensial lysine, methionin, threonine (SD1 dan SD2, ransum perlakuan) terhadap konsumsi ransum dan kinerja pada ternak babi. Bahan utama ketiga ransum terdiri dari tepung barley, gandum, dan kedele. Masing-masing ransum mengandung kadar protein kasar (18% untuk grower dan 16,5% untuk finisher) dan enerji (14,2 MJ/kg). Ransum diberikan dengan cara dipecah (splitted) menurut periode pertumbuhan (grower dan finisher) dan jenis kelamin (jantan dan betina ). Ransum kg BB dan SDI dipecah menjadi 2 fase pemberian (grower: 20 - 60 kg berat badan (BB), dan finisher: 60 - 105 kg BB), ransum SD2 dipecah menjadi 4 fase pemberian (grower I: 20 - 40 kg, grower II:  40 - 60 kg, finisher I : 60 - 80 kg, dan finisher II: 80 - 105 kg BB).Babi dengan berat awal 20 kg sebanyak 72 ekor (36 jantan dan 36 betina) dikandangkan dengan kondisi lingkungan yang serupa (200C) selama penelitian. Suplementasi ransum dasar dengan asam amino esensial tidak mempengaruhi konsumsi ransum harian (2,49, 2,43, dan 2,36 kg masing-masing untuk BD, SD1 dan SD2, P>0,05). Babi pada masa pertumbuhan finisher mengonsumsi ransum harian terbanyak (2,77 - 2,83 kg) dibanding masa pertumbuhan lainnya (P<0,01). Babi jantan cenderung mengonsumsi  ransum harian  lebih banyak (P<0,11) dibanding babi betina (2,49 kg vs. 2,36 kg). Babi yang diberi ransum yang diperkaya dengan asam amino tumbuh lebih cepat (0,93 dan 0,96 kg/hari untuk SD1 dan SD2) dibanding babi yang diberi ransum kontrol (0,82 kg/hari), P<0,01. Pertumbuhan tercepat terjadi pada masa awal finisher (60 - 80 kg BB), yaitu 1,07 kg/hari, sedangkan kecepatan pertumbuhan pada masa pertumbuhan yang lain sebanding(0,85; 0,86; dan 0,83 kg/hari). Babi yang diberi ransum yang diperkaya dengan asam amino esensial dapat menggunakan ransum dengan lebih efisien (2,68 dan 2,58 kg ransum/kg PBB untuk SD1 dan SD2) dibanding babi yang diberi ransum kontrol (3,03 kg ransum/kg PBB), P<0.01. Diantara masa pertumbuhan, awal masa pertumbuhan grower (20-40kg BB) mempunyai efisiensi penggunaan ransum tertinggi(2,16 kg ransum/kg PBB) dan akhir masa pertumbuhan finisher (80-105 kg BB) mempunyai nilai efisiensi terendah(3,55 kg ransum/kg PBB),P<0.01. Babi jantan cenderung lebih efisien dalam menggunakan ransum dibanding babi betina (2,66 vs 2,87 kg ransum/kg PBB), P<0,09. (Animal Production 4(1): 1-10 (2002) Kata kunci: Ransum, suplementasi,asam amino, babi, konsumsi, kinerja