4 resultados para Lokal pedagogisk planering

em ANIMAL PRODUCTION JOURNAL


Relevância:

10.00% 10.00%

Publicador:

Resumo:

Tujuan studi ini adalah memberikan gambaran tentang industri susu di Indonesia dan menganalisis pengaruh perubahan-perubahan kondisi eksternal industri susu terhadap perkembangan usaha sapi perah dan strategi bisnis koperasi sapi perah di Kabupaten Banyumas. Selanjutnya, studi ini bertujuan mengevaluasi strategi bisnis koperasi sapi perah “PESAT” dan memberikan rekomendasi tentang strategi bisnis baru yang sesuai dengan perkembangan industri susu di Indonesia. Studi ini dilaksanakan melalui studi pustaka dan survei lapangan di wilayah kerja koperasi “PESAT” (Banyumas). SWOT Analysis dan Porter’s Framework digunakan untuk mengevaluasi industri susu dan merumuskan strategi bisnis bagi koperasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa persaingan di industri susu semakin ketat oleh karena pengaruh global maupun lokal. Studi ini merekomendasikan kepada Koperasi “ PESAT” untuk mengeksplorasi pasar yang lebih luas dan menerapkan strategi baru dengan sasaran yang lebih luas berdasarkan pembedaan produk (broad differentiation). Strategi ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan koperasi terhadap konsumen besar yaitu PT.Sari Husada yang bertindak sebagai industri pengolahan susu (IPS) (Animal Production 4(1): 36-43 (2002)Kata kunci : Industri susu, koperasi susu, strategi bisnis

Relevância:

10.00% 10.00%

Publicador:

Resumo:

Abstract. The aim of the study was to know the genetic characteristic and polymorphysm of Indonesian local ducks including Magelang, Tegal, Mojosari, Bali and Alabio duck based on Single Nucleotide Polymorphism (SNP) analysis in D-loop region mtDNA. The long term aim was to set the spesific genetic marker based on SNP D-loop region mtDNA which could differentiate local ducks in Indonesia. In the future, it could be used as selection tool for local duck conservation, and refinement strategy as well as the improvement of genetic quality by utilizing the available native duck germplasm. There were 20 ducks for each duck population and were taken 3 ml of its blood as sample. DNA Isolation Kit high pure PCR template preparation (Geneaid) was uded for Genome DNA isolation.  Amplification with PCR technique used primer DL-AnasPF (L56) as forward and DL-AnasPR (H773) as reverse. Next, PCR product or amplicon were sequenced. Sequence result were analyzed with SNP technique and observed the similarity and difference of its nucleotide sequence between individual and population. The result of the study showed that genome DNA from local duck in Indonesia was successfully isolated. DNA fragment of 718 bp was amplified with primer pair of DL-AnasPF and DL-AnasPR. Nucleotide sequence was 469 nt and analyzed with SNP technique. It was compared with standard nucleotide sequence of Anas platyrhynchos (HM010684.1) in Gen Bank. The result of nucleotide sequence similarity percentage was 99.68±0.56%. Single Nucleotide Polymorphism D-loop region mtDNA Indonesian local duck was 0.32±0.56%.  Some SNP was found in Magelang duck C (Klawu blorok), F (Cemani black),  G (Gambiran), H (Jarakan kalung), I (Jowo plain) and K (Plain white) also Tegal duck 8, 1, 2, 5, 2, 8 and 2 SNP respectively. It could be concluded that polymorphic genetic characteristic similarity were existed in Indonesia local duck populations which was shown by its big standard deviation SNP in D-loop region mtDNA. Magelang duck with different feather color relatively more polymorphic to another local duck in Indonesia. Single Nucleotide Polymorphism which was achieved could be used as genetic marker that differentiate genetic characteristic of Indonesian local ducks.Key words:  genetic characteristic, local duck, Single Nucleotide Polymorphism (SNP), D-loop mtDNAAbstrak.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik genetik dan polimorfisme itik lokal Indonesia yaitu itik Magelang, Tegal, Mojosari, Bali dan Alabio berdasarkan analisis Single Nucleotide Polymorphism (SNP) daerah D-loop mtDNA. Tujuan jangka panjangnya adalah menetapkan marker atau penanda genetik berdasarkan SNP daerah D-loop mtDNA spesifik yang dapat membedakan itik-itik lokal yang ada di Indonesia. Selanjutnya digunakan sebagai  alat bantu seleksi untuk konservasi, pembibitan  dan pengembangbiakan itik lokal.  Populasi masing-masing jenis itik lokal yang digunakan sebanyak 20 ekor untuk diambil 3 ml sampel darahnya. Isolasi DNA genom menggunakan DNA Isolation Kithigh pure PCR template preparation (Geneaid). Amplifikasi dengan teknik PCR menggunakan pasangan primer DL-AnasPF (L56) sebagai forward dan DL-AnasPR (H773) sebagai reverse. Produk PCR atau amplikon yang diperoleh disekuensing. Hasil sekuensing dianalisis dengan teknik SNP dan diamati kesamaan dan perbedaan urutan nukleotida antar individu itik dan antar populasi.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa DNA genom dari itik lokal di Indonesia berhasil diisolasi. Amplifikasi dengan teknik PCR berhasil memperoleh fragmen berukuran 718 bp. Urutan nukleotida hasil sekuensing sebesar 469 nt dianalisis dengan teknik SNP dan dibandingkan dengan urutan nukleotida standar dari itik Anas platyrhynchos (HM010684.1) yang ada di Gen Bank, diperoleh persentase kesamaan urutan nukleotid sebesar 99,68±0,56%. Single Nucleotide Polymorphism daerah D-loop mtDNA pada itik lokal di Indonesia sebesar 0,32±0,56%. Sejumlah SNP ditemukan pada itik Magelang C (Klawu blorok), F (Hitam cemani),  G (Gambiran), H (Jarakan kalung), I (Jowo polos) dan K (Putih polos) serta itik Tegal  masing-masing 8, 1, 2, 5, 2, 8 serta 2 SNP. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat karakteristik genetik yang polimorfik pada populasi itik lokal di Indonesia, ditunjukkan dengan adanya simpang baku SNP pada daerah D-loop mtDNA yang relatif besar. Itik Magelang dengan warna bulu yang berbeda relatif lebih polimorfik dibandingkan dengan itik lokal lainnya di Indonesia.  Single Nucleotide Polymorphism yang diperoleh dapat digunakan sebagai penanda genetik yang dapat membedakan karakteristik genetik yang dimiliki oleh itik lokal di Indonesia.Kata kunci:  karakteristik genetik, itik lokal, Single NucleotidePolymorphism (SNP),  D-loop mtDNA

Relevância:

10.00% 10.00%

Publicador:

Resumo:

Evaluasi performans reproduksi kambing kacang dan Peranakan Etawah (PE) yang telah beradaptasi dapat memberikan informasi penting untuk mengetahui potensi produksi sebagai sumberdaya lokal. Data reproduksi dikoleksi dari 280 induk PE dan 200 kambing kacang melalui penelitian di lapangan dan monitoring lebih dari 1,5 tahun pada peternak di Jawa Tengah, Indonesia. Kejadian reproduksi, tanggal beranak dan jumlah anak yang diamati dicatat. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan litter size antara 1-3 anak per kelahiran untuk seluruh induk dengan rataan untuk kambing kacang dan PE masing-masing adalah 2,06 dan  1,56 anak. Bobot lahir pada kambing kacang dan PE masing-masing adalah 3,8 dan 5,4 kg. Daya hidup sampai penyapihan untuk kambing kacang dan PE masing-masing adalah 97% dan 92%. Selang beranak pada induk kambing minimum 205 hari pada kambing kacang dan maksimum 450 hari pada kambing PE. Indeks reproduksi induk kambing kacang dan PE masing-masing adalah 3,07 dan 1,65 anak/induk/tahun. (Animal Production 4(2): 52-59 (2002)  Kata Kunci : Kambing Kacang, Kambing Peranakan Etawah, Reproduksi, Indonesia

Relevância:

10.00% 10.00%

Publicador:

Resumo:

Abstract.  In Congo, waterfowl genetic resources are constituted by native population of Muscovy ducks that play an important role in food security. The present study aimed to identify and to characterize strains bred in the back yard in the households in Brazzaville. A sample of 154 households drawn over seven districts of Brazzaville was enrolled in the survey. Adults ducks found in the households were identified, pictured by a key of determination and then compared by using the multi resolution analysis image method. The survey recorded 13 strains in which four were considered as newly since they have never been reported elsewhere. These strains received temporally the name of the districts where they have been identified for the first time Makelékélé 1 (0.34%, n=6), Makélékélé 2 (0.11%, n =2), Poto poto 1  (0.28%, n=5) and in Poto poto 2 (0.11%, n=2). Finally, the survey reported nine classical  strains such as  black plumage, duclair, white, tortora, sepia, chocolate, lavender, grey and canizie. The apparent wide variation in plumage colors is an indication that the duck populations have not been ‘purified’ through selective breeding. In the context of the valorization of poultry biodiversity, this work represents a step toward a better knowledge of the production abilities of local ducks breeds in Congo. Key words: Muscovy ducks, color feather, strains, Congo. Abstrak.  Sumber daya genetik unggas air di Kongo mencakup populasi itik lokal yang memegang peranan penting dalam ketahanan pangan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menggolongkan jenis itik yang dipelihara di pekarangan rumah di Brazzaville. Sampel penelitian menggunakan 154 responden rumah tangga yang tersebar di 7 wilayah Brazzaville. Itik dewasa diidentifikasi dari pekarangan, dan dibandingkan dengan metode Analisis Multi Resolusi. Survey mencatat 13 jenis peranakan, 4 diantaranya dianggap baru karena belum pernah dilaporkan di studi manapun. Jenis ini sementara dinamai sesuai distrik tempatnya pertama ditemukan, yaitu Makelékélé 1 (0,34%, n=6), Makélékélé 2 (0,11%, n =2), Poto poto 1  (0,28%, n=5) dan di Poto poto 2 (0,11%, n=2). Berdasarkan survei didapatkan sembilan jenis klasik yaitu bulu hitam, duclair, putih, tortora, sepia, coklat, lavender, abu-abu dan canizie. Banyaknya ragam warna bulu adalah indikasi bahwa populasi itik belum “dimurnikan” melalui seleksi. Dalam konteks penetapan nilai keanekaragaman hayati unggas, penelitian ini mewakili sebuah langkah menuju pengetahuan yang mendalam akan kemampuan produksi itik yang berkembang di Kongo. Kata kunci: itik Muscovy, warna bulu, strain, Kongo